SERAT BAMBU
SERAT BAMBU
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya.
Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di
dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat.
Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh
sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan
klimatologi tempat ia ditanam.
B.
SEJARAH DAN
PENYEBAMBARAN SERAT BAMBU
Sudah sejak jaman dahulu bambu dipergunakan sebagai bahan pakaian
oleh orang-orang di Cina dan Jepang. “Berbagai penelitian dan kajian ilmiah pun
sudah dilakukan, sehingga bambu dinilai sangat tepat untuk dijadikan bahan baku
produksi pakaian yang pro lingkungan hidup.
Usianya hanya mencapai 3 sampai 5 tahun. Pada usia itu, bambu sudah bisa
dipanen untuk berbagai keperluan bahan bangunan atau industri pakaian
Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Tanaman ini sudah menyebar diseluruh kawasan nusantara. Dalam pertumbuhannya
tanaman ini tidak terlalu banyak menuntut persyaratan. Bambu dapat tumbuh di
daerah iklim basah sampai kering, dari dataran rendah hingga ke daerah
pegununggan. Tak heran jika keberadaannya banyak dijumpai diberbagai tempat,
baik sengaja ditumbuhkan maupun tumbuh secara alami. Tanaman ini termasuk dalam
orde Graminales, famili gramineae, dan subfamili Bambusoideae (Berlian, 1995).
Spesies bambu ditemukan di berbagai lokasi iklim, dari iklim dingin
pegunungan hingga daerah tropis panas. Mereka terdapat di sepanjang Asia Timur
dari 50o Lintang Utara di Sakhalin sampai ke sebelah utara Australia, dan di
bagian barat India hingga ke Himalaya. Mereka juga terdapati di sub-Sahara
Afrika, dan di Amerika dari pertengahan Atlantik Amerika Utara hingga ke
selatan ke Argentina dan Cili, mencapai titik paling selatan Bambu pada 47o
Lintang Selatan. Benua Eropa tidak memiliki spesies bambu asli.
C.
KLASIFIKASI TANAMAN BAMBU
Tanaman ini termasuk dalam orde Graminales, famili gramineae,
dan subfamili Bambusoideae .Bambu diklasifikasikan ke lebih dari 10 genus dan
1450 spesies .
Terdapat dua bentuk bambu secara umum, yaitu bambu berkayu dari suku
Arundinarieae dan Bambuseae, dan bambu rerumputan dari suku Olyreae. Analisis
molekuler dari pastida menunjukkan bahwa terdapat tiga sampai lima garis
keturunan utama dari bambu.
Tanaman bambu yang kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Arah pertumbuhan
biasanya tegak, kadang-kadang memanjat, dan batangnya mengayu. Jika sudah
tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunnya seakan melambai.
Tinggi tanaman bambu pada umumnya sekitar 0,3 m sampai 30 m, diameter batangnya
0,25 – 25 cm dan ketebalan dindingnya sampai 25 mm. Tanaman ini dapat mencapai
umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga
D.
KOMPOSISI SERAT
BAMBU
Komponen
|
Kandungan (%)
|
Selulosa
|
42,4 - 53,6
|
Lignin
|
19,8- 26,6
|
Pentosan
|
1,24 - 3,77
|
Zat ekstraaktif
|
4,5- 9,9
|
Air
|
15-20
|
Abu
|
1,24-3,77
|
SiO2
|
0,1-1,78
|
E. MORFOLOGI SERAT BAMBU
Bentuk morfologi dari serat bambu bisa kita lihat melalui mikroskop. Ini
adalah bentuk serat pada penambang melintang dan membujur dari serat bambu
F.
PERBANDINGAN PANJANG
DAN DIAMETER SERAT BAMBU
Bambu memiliki lebih
dari 10 genus dan 1450 spesies, tentu setiap spesies memiliki panjan dan
diameter yang berbeda/ tidak sama. kali ini ada beberapa jenis bambu dengan
panjang dan diameternya.
G.
SIFAT KIMIA DAN FISIKA SERAT BAMBU
Terdapat perbedaan mencolok antara kekuatan tekstil pada serat, benang,
dan kain dengan beberapa degradasi yang jelas selama pengolahan. Pada serat,
ketahanan putus bambu mekanik dua kali lebih besar serat bambu kimia. Pada
benang, ada perbedaan kecil antara spesies dan metode manufaktur untuk
ketahanan putus. Pada kain, Bambusa emeiensis memiliki kekuatan sobek dan
ketahanan sobek yang lebih besar dari Phyllostachys edulis. Namun demikian,
perbedaan spesies dalam bentuk kain sangatlah kecil.
Kekuatan sobek kain bambu
mekanik jauh lebih kecil daripada kain bambu kimia, hal ini bisa disebabkan
oleh desain tenun pada kain bambu kimia.
Tes penyerapan air menunjukkan
perbedaan yang jelas antar spesies, metode manufaktur, dan spesifikasi tekstil.
Secara umum, kain bambu anyaman menyerap air lebih cepat daripada kain bambu
rajut. Dalam bentuk tekstil bambu kimia rajut, Bambusa emeiensis empat kali
lebih lama dari Phyllostachys edulis untuk menyerap air. Dalam bentuk anyaman
(spesies konstan dengan Phyllostachys edulis) bambu kimia menyerap air
seketika, sedangkan bambu mekanik membutuhkan waktu rata-rata 163 detik untuk
menyerap air. Berdasarkan hasil tersebut, kain tenun bambu kimia menyerap air
lebih baik dari kain anyaman bambu mekanik,tapi bambu kimia kain rajut
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyerap.
Tes pengeringan mengungkapkan bahwa
beberapa kain lebih baik dalam menyerap daripada pengeringan. Kain anyaman
bambu Phyllostachys edulis merupakan penyerap air tercepat, tetapi lama kering.
Hal ini dapat disebabkan karena lapisan ganda bahan tenun untuk membuat pola bunga.
Ketika metode manufaktur dan spesifikasi diadakan konstan, Phyllostachys edulis
menyerap dan kering lebih cepat dari Bambusa emeiensis, hal ini mendukung
gambar SEM karena ada lebih rongga yang terlihat di bambu kimia dengan spesies
Phyllostachys edulis. Namun, kain yang memiliki sumbu kelembaban terbaik adalah
bambu mekanik yang terbuat dari Phyllostachys edulis. Sampel ini menyerap air dalam waktu singkat (163s) dan keringkan dalam waktu
singkat (452s), meskipun tidak menunjukkan banyak rongga di SEM images
cross-sectional, bagian membujur berbentuk tubular dengan node.. Spesies bambu
tidak terlalu menjadi masalah, karena dari hasil pengujian tidak terdapat
perbedaan yang mencolok. Masing-masing spesies memiliki karakter tersendiri
tergantung produsen bagaimana mengaplikasikannya.
H.
PROSES PEMBUATAN
SERAT BAMBU
Pada
metode mekanik terdapat 5 tahap yaitu;
a. persiapan,
b. retting,
c. breaking,
d. scutching, dan
e. hackling.
Pada
tahap persiapan, batang bambu berumur 2-8 bulan diambil tanpa daun dan
cabang rantingnya. Kemudian dipotong dalam bentuk yang tipis seperti lempengan
(ukuran kira-kira: panjang 20-30 cm, tipis 2-3 mm). Selanjutnya
proses retting, yang menggunakan mikroorganisme atau alkali untuk
melarutkan atau membusukan jaringan dan pektin pada bambu. Proses ini
mempermudah pemisahan serat dari batang. Lalu selanjutnya
proses breaking yang merupakan proses pemisahan serat dengan batang
bambu secara mekanik. Dapat menggunakan tangan atau mesin. Hasil
dari breaking berupa bundel serat. Selanjutnya proses scutching yang
merupakan proses menghilangkan komponen lain pada serat kasar hasil
breaking. Seperti serat yang membusuk atau serpihan komponen lainnya selain
serat bambu. Proses scuchting menggunakan pisau atau benda tajam lainnya. Dan
prosesnya dapat menggunakan tangan maupun mesin. Kemudian proses akhir dari
ekstraksi mekanik adalah hackling. Proses ini adalah proses pelurusan
serat. Proses hackling menggunakan alat sejenis sisir. Sehingga serat-serat
dapat diluruskan.
Untuk metode ekstraksi kimia delapan tahap yaitu;
a. persiapan,
b. steeping,
c. pressing,
d. shredding,
e. ageing,
f. xanthation,
g. dissolving, dan
h. washing.
Persiapan pada proses
kimia sama dengan proses mekanik. Selanjutnya steeping, proses perendaman
slab bambu kedalam larutan NaOH. Pada temperatur 20-25 0C dalam
waktu 1-3 jam. Selanjutnya bambu hasil rendaman diperas untuk mengeluarkan
larutan NaOH. Selanjutnya proses shredding. Pada proses ini, bambu
digiling/dirobek-robek secara mekanik untuk menghasilkan serat bambu. Proses
shredding bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan serat bambu yang
kasar agar proses reaksi kimiawi selanjutnya dapat lebih mudah.
Selanjutnya hasil shredding didiamkan dan mengering selama 24
jam. Selama proses ini, serat yang masih mengandung alkali
teroksidasi, lalu kemudian menghasilkan densitas yang lebih
ringan. Xanthation adalah proses mereaksikan alkali
selulosa pada serat dengan karbon disufida untuk membentuk cellulose
xanthate. Dissolving merupakan proses pelarutan cellulose
xanthate hasil proses xanthation dengan NaOH. Kemudian hasil
dissolving dibilas dengan air untuk menghilangkan sifat alkalinya. Lalu
didapatkanlah serat selulosa bambu.Setelah didapatkan serat bambu, selanjutanya
proses yang dilakukan sama dengan proses memilin benang dari bahan katun.
I.
MANFAAT DAN KEUNGGULAN SERAT BAMBU
1.Sebagai bahan pembuatan tekstil
Ternyata, serat bambu juga sering dimanfaatkan sebagai
bahan baku tekstil. Bahan baku tekstil dengan menggunakan serat bambu mungkin
memang tidak sepopuler bahan tekstil yang terbuat dari serat kapas. Namun
demikian biasanya, serat bambu ini juga memiliki banyak keunggulan, dan mirip
seperti bahan kain yang terbuat dari serat kapas alias katun. Sama seperti
tekstil lainnya, serat bambu sering dijadikan bahan kaos, kain, taplak meja,
handuk dan banyak lagi.
2. Anti Bakteri
Ini merupakan salah satu keunggulan dari bahan yang
tebuat dari serat bambu. Serat bambu dapat dimanfaatkan untuk mencegah masuknya
bakteri di dalam tubuh. Jadi, bisa disimpulkan apabila kita menggunakan bahan
sandang yang memiliki bahan dasar serat bambu, maka tubuh kita dapat
terlindungi dari serangan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada tubu
kita. Selain itu, penggunaan kain tekstil berbahan dasar serat bambu juga dapat
membantu mencegah kemunculan bakteri pada tempat tertentu, seperti meja makan,
ketika kain tersebut dijadikan taplak meja.
3. Menyerap dan menghilangkan bau
Manfaat lainnya dari produk tekstil yang menggunakan
bahan dasar serat bambu adalah mampu menyerap dan juga menghilangkan bau dengan
baik. Hal ini tentu saja dapat menjaga udara sekitar terutama udara yang kotor
dan tidak bersih.
4. Dapat menahan sinar ultraviolet
Manfaat lainnya dari tekstil yang terbuat dari serat
bambu adalah memiliki proteksi yang tinggi terhadap sinar ultraviolet. Sinar
ultraviolet merupakan salah satu pembawa dampak buruk bagi kesehatan kulit,
karena dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kulit, seperti kulit terbakar,
kulit yang mengalami iritasi, bahkan kanker kulit. Dengan menggunakan bahan
sandang yang berbahan dasar serat bambu, maka hal ini dapat diminamilisir.
5. Sirkulasi udara tektil bambu yang baik
Serat bambu apabila dibandingkan dengan serat kapas
dalam pembuatan bahan tekstil, sepertinya memiliki keunggulan yang lebih baik.
Salah satu keunggulan dari tekstil yang berbahan dasar serat bambu adalah
memilki sirkulasi udara yang lebih baik. Hal ini dapat membuat pengguna dari
kaos dan baju yang berbahan dasar serat bambu akan tetap merasa segar dan tidak
pengap ataupun merasa kegerahan.
6. Melindungi tubuh dari cuaca panas dan juga dingin
Sama seperti fungsi dari bahan tekstil yang digunakan
untuk kebutuhan sandang, seperti kaos, kemeja dan celana, bahan tekstil yang
terbuat dari serat bambu memiliki perlindungan yang sangat baik terhadap cuaca
panas dan jga dingin. Hal ini memungkinkan tubuh akan tetap terasa hangat
ketika cuaca sedang dingin, dan juga membuat tubuh tetap merasa sejuk ketika
cuaca sedang panas – panasnya.
DAFTAR PUSTAKA:
Phong, N.T., et al. (2012) Study on
How to Effectively Extract Bamboo Fibers from Raw Bamboo and Wastewater
Treatment. Journal of Materials Science Research. Vol. 1, No. 1; January
2012: 144-155.
Schindle,
N. (2010) Determining the Sustainability of Bamboo Fibers.
Komentar
Posting Komentar